Tapi di balik kemajuan-kemajuan itu, juga terjadi kemunduran. Kita lihat dari segi kebersihan. Dulu kota Medan pernah mendapatkan Adipura karena kebersihannya. Kini, apakah Kota Medan masih layak untuk mendapat piala Adipura lagi? Jawabannya tidak, karena sekarang Medan merupakan salah satu kota terjorok. Terbukti, di beberapa ruas jalan seperti jalan Letda Sudjono, jalan Bakaran Batu, jalan Pelita, jalan Danau Singkarak, jalan Mahkamah, dan di sejumlah ruas jalan kota Medan lainnya, banyak ditemui tempat penampungan sampah sementara yang digunakan pihak Pemerintahan Kota Medan sebagai tempat penampungan.
Salah satu tempat sampah dadakan yang muncul akibat “rajinnya” masyarakat medan membuang sampah secara sembarangan adalah di dekat pinggiran rel kereta api yang ada di jalan Bakaran Batu - meski kini sudah tidak lagi karena sudah dialihfungsikan menjadi taman mini beberapa waktu yang lalu. Bisa dibilang para pemakai jalan merasa terganggu akibat adanya tempat sampah dadakan itu. Selain dari munculnya aroma yang tidak sedap, terganggunya kelancaran arus lalu lintas disana juga merupakan salah satu sebab munculnya tempat sampah dadakan tersebut. Akibat lainnya adalah merusak pandangan para masyarakat yang mencintai kebersihan lingkungan mereka. Sampah-sampah tersebut juga dapat menjadi sumber polusi dan virus berbagai jenis penyakit. Kendati kita ingin menjadikan medan sebagai kota metropolitan, mengapa kita tidak berusaha untuk mengubah kota kita menjadi lebih baik? Dimulai dari menyingkirkan tempat-tempat sampah dadakan yang diciptakan oleh masyarakat sekitar kita. Dengan atau tanpa target meraih kembali Adipura, kebersihan kota merupakan hal yang mutlak. Sebagai warga dan masyarakat yang mengaku cinta pada kota Medan, mari kita sama-sama memajukan dan mensejahterakan kota kita ini, karena manfaatnya adalah untuk kita bersama.
Mari bersama-sama menjaga kebersihan kota Medan....
oleh :
foto : seorang ibu yang menutup hidungnya ketika melintasi jalan Puri, Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar